TEORI HOLLAND
Beberapa tokoh berusaha untuk menganalisis vocational
guidance (bimbingan
karir/jabatan) dari beberapa
sudut pandang yang berbeda, diantaranya Bordin,
Happock, Donald E. Super, dan Anne Roe ( 1943, 1957, 1957 dan 1957). Namun beberapa teori yang
dikemukakan memiliki kekurangan yang perlu disempurnakan. Donald E. Super menjelaskan bahwa dalam
kematangan bekerja dan konsep diri (self-concept) merupakan dua proses
perkembangan yang berhubungan dan merupakan tulang punggung teori yang dikemukakan.
Pada teori ini masih
menjelaskan masalah perkembangan atau pemilihan jabatan secara umum.
Sementara teori yang dikembangkan oleh Bordin, Happock, dan Anne
Roe, juga terlihat kekurangannya yaitu pada teori mereka hanya dikembangkan
secara sempit dan hanya menekankan salah satu aspek saja. Misalnya, menekankan
pada aspek pemusatan pada konsep diri (self-concept-centered), pemusatan
kepada kebutuhan (needed-centered), atau berorientasi pada etiologi.
Dari beberapa teori pilihan
jabatan kemudian muncul John L. Holland dengan pendekatan teori yang lebih komprehensif. Holland berusaha menjelaskan
soal pilihan pekerjaan dari sudut lingkungan kerja, pribadi
dan perkembangannya, dan interaksi pribadi dengan lingkungannya.
Pada teori yang dikembangkan oleh Holland menjelaskan
bahwa suatu pemilihan pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi
antara faktor hereditas dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang
tua, orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Holland juga
merumuskan tipe-tipe (golongan) kepribadian dalam pemilihan pekerjaan
berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat. Kemudian,
setiap tipe-tipe kepribadian itu dijabarkan ke dalam suatu model teori yang
disebut model orientasi (the model orientation). Model orientasi ini merupakan
suatu rumpun perilaku perilaku penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki
urutan orientasi yang berbeda-beda, dan hal inilah yang menyebabkan mengapa
setiap orang itu mempunyai corak hidup yang berbeda-beda.
Urutan orientasi yang utama dan pertama adalah
suasana lingkungan pekerjaan tertentu dan merupakan corak hidup
pertama. Urutan model orientasi kedua
terhadap lingkungan kerja yang lainnya dan merupakan corak hidup yang kedua
bagi seseorang untuk selanjutnya. Penempatan urutan corak hidup itu sangat
bergantung dari tingkat kecerdasan serta penilainnya terhadap diri sendiri.
Makin jelas penempatan urutan corak hidupnya maka akan semakin menghasilkan
pola pilihan yang tepat bagi seseorang. Namun perlu digarisbawahi, jika model
orientasi Holland ini mengajukan model orientasi berdasarkan budaya
Amerika.
Holland menyatakan empat pokok konsep dalam teorinya,
yaitu; Konsistensi, diferensiasi, kongruensi dan kalkulus. Kosistensi berkenaan
dengan pertanyaan, seberapa dekatkah suatu kepribadian dan tipe lingkungan dengan tipe-tie lainnya. Diferensiasi
adalah seberapa jauh kemurnian orang atau kesedikitan kemiripan orang dengan
tipe-tipe lainnya. Kongruensi adalah untuk menunjukkan kecocokan tipe pribadi
seseorang dengan tipe lingkungan dimana ia tinggal atau bekerja. Sedangkan
kalkulus, adalah pengaturan hubungan yang ada di dalam tipe-tipe dan diantara
tipe-tipe itu sehingga jarak antara tipe-tipe itu berbanding dengan hubungan
teoritis antara tipe-tipe.
Berikut model orientasi menurut Holland adalah :
1.
Realistis
Tipe model
ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang berorientasi terapan. Cirinya : mengutamakan kejantanan, kekuatan
otot, ketrampilan fisik, mempunyai kecakapan dan koordinasi motorik yang kuat, konkrit,
bekerja praktis, kurang memiliki kecakapan verbal, kurang memiliki ketrampilan
social, serta kurang peka dalam hubungan dengan orang lain. Contoh pekerjaan
orang dengan model orientasi ini adalah, operator mesin/radio, sopir truk,
petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang
sejenis.
2.
Intelektual
Tipe model
ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik.
Cirinya : memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada
mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tidak
sosial. Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat abstrak, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak
konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat intraseptif. Memerlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap
berbagai masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan
dalam melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi memerlukan
waktu yang cukup lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan
memerlukan kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan menulis
mutlak dipelihara dalam oreientasi ini. Contoh pekerjaan orang dengan model
orientasi ini adalah, ahli fiika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika,
pekerjaan penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.
3.
Sosial
Tipe model
ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang bersifat
membantu orang lain. Ciri-ciri dari tipe model ini adalah pandai bergaul dan
berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat
religius, membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan verbal,
hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapi dan teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah
secara intelektual, lebih berorientasi pada perasaan. Memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk
menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga
diri dan status. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah,
guru, pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, terapis, dan
pekerjaan lain yang sejenis.
4. Konvensional
Tipe model
ini pada umumnya memiliki kecenderungan terhadap kegiatan verbal, menyenangi
bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang teratur, menghindari situasi
yang kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan,
memberi nilai yang tinggi terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan
dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan. Berorientasi pada lingkungan nyatanya ditandai
dengan berbagai macam tugas dan pemecahan masalah yang memerlukan suatu proses informasi verbal dan matematis
secara kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. Contoh pekerjaan orang dengan
model orientasi ini adalah, kasir, statistika, pemegang buku, pegawai arsip,
pegawai bank, dan pekerjaan lain yang sejenis.
5. Usaha
Tipe model
ini memiliki ciri khas diantaranya menggunakan ketrampilan-ketrampilan
berbicara dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang lain atau
mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk
mengadakan adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-tugas sosial yang
kabur, perhatian yang besar pada kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif
dalam kegiatan lisan. Orang model orientasi usaha
ditandai dengan berbagai macam tugas yang menitikberatkan kepada kemampuan
verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi
ini adalah, pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan
dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.
6. Artistik
Tipe model
orientasi ini memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang lain secara tidak
langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri. Orang model orientasi
artistic ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan
interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistic melalui cita rasa, perasaan dan
imajinai. Dengan kata lain, orientasi
artistic lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan dengan
melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal,
keteraturan, atau keadaan yang menuntut ketrampilan fisik. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini
adalah, ahli musik, ahli kartum ahli drama, pencipta lagu, penyair, dan
pekerjaan lain yang sejenis.
Holland mengembangkan beberapa intrumen yang berkaitan
dengan pilihan karier dan teorinya, diantaranya Vocational Preference Inventory (VPI), Self-Directed
Search (SDS), dan Vocational Exploration and Insight Kit (VEIK). b. Tingkat
Hierarkis dan Hierarkis Perkembangan
Setiap orang memiliki urutan corak hidup
sendiri-sendiri, hal ini menjelaskan bahwa dalam diri seseorang memiliki
tingkat hierarkis dalam memilih pekerjaan. Menurut Holland bahwa seseorang
dalam memilih pekerjaan atau jabatan, itu tergantung pada tingkat intelenjensi
dan penilaian terhadap dirinya sendiri (self evaluation), yaitu
variabel-variabel yang dapat diukur dengan tes intelenjensi dan dengan skala
status diri.
0 komentar:
Posting Komentar