Friends

Pages

This is default featured post 1 title

A normal paragraph Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. A normal paragraph Ea eam. A normal paragraph Ea eam

This is default featured post 2 title

A normal paragraph Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. A normal paragraph Ea eam. A normal paragraph Ea eam

This is default featured post 3 title

A normal paragraph Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. A normal paragraph Ea eam. A normal paragraph Ea eam

This is default featured post 4 title

A normal paragraph Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. A normal paragraph Ea eam. A normal paragraph Ea eam

This is default featured post 5 title

A normal paragraph Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. A normal paragraph Ea eam. A normal paragraph Ea eam

HISTORI KONSELING DI DUNIA

HISTORI KONSELING DUNIA



PENDAHULUAN
Konseling sebagai suatu aktifitas yang berbasis luas merupakan bagian dari eksistensi manusia sejak manusia itu ada. Konselor identic dengan orang yang memiliki kepekaan dalam mendengarkan/ listening  dan bijaksana dalam memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain. Mereka biasanya adalah orang yang dianggap lebih tua dalam suku-suku atau marga-marga. Mereka sering disebut ‘tukang sihir’, dukun, dan pembimbing spiritual. Mereka memiliki pengalaman hidup atau pengetahuan yang luar biasa untuk membina hubungan dengan sesama manusia dan mau membagi pengetahuan dan pengalamnnya untuk hidup dengan orang-orang yang kurang berpengalaman (Gibson & Mitchell, 1955 dalam Gladding, 2000). Di bagian-bagian terpencil di dunia, konseling dengan tipe semacam ini masih terjadi. Oleh karena itu, dari sudut pandang kultural, konseling berbasis luas seperti  yang dilukiskan melalui tradisi ini, merupakan fenomena universal.
Konseling mulai berkembang pada awal tahun 1900, ketika terjadi reformasi social dan pendidikan karena kondisi masyarakat yang saat itu sedang ‘sakit’. Di akhir abad 19 ini terjadi pergerakan repfrmasi social di Amerika. Dalam pergerakan ini, para aktifis social menentang dan mendesak pemerintah agar lebih humanis dalam memperlakukan masyarakat, baik itu para imigran, kaum miskin, para penganggur, juga orang yang terganggu secara mental. Para pionir dalam konseling (yang selanjutnya disebut ‘guidance) ini kebanyakan para guru dan para pembaharu. Mereka memfokuskan pengajaran kepada anak-anak dan para pemuda. Tujuannya adalah membantu anggota masyarakat agar lebih peka dan menghargai diri mereka sendiri, orang lain, dunia kerja, dan kehidupan berwarga Negara.
Tiga orang pionir yang patut dicatat karena jasanya dalam membangun arah konseling adalah : Frank Parson, Jesse Davis, danClifford Beers. Mereka telah mempengaruhi orang-orang amerika dan membuat dampak yang bersifat global. Kontribusi mereka adalah dalam area pembuatan keputusan karir, bimbingan pendidikan dan kesehatan mental. Frank Parson adalah orang yang memfokuskan diri pada kepentingan konseling dan pengembangan karir para calon penerbang. Jesse Davis, menekankan pelayanan kepentingan bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah sebagai suatu ukuran yang mendukung pembentukan kewarganegaraan yang baik. Clifford Beers, mulai mereformasi pergerakan kesehatan mental terutama yang bersifat preventif, seperti bagaimana memperlakukan individu yang mengalami gangguan emosional. Ketiganya telah memantapkan pertumbuhan konseling. Gagsan-gagasan dan aktifitas-aktifitas mereka dalam tiga bidang keahlian professional seperti telah disebut tadi menjadi akar  pemunculan cabang fondasi- fondasi konseling. 
Bagi mereka bertiga, konseling menjadi suatu profesi karena telah diformulasikan teori-teori yang efektif. Pada awalnya konseling bergantung pada empat teori utama yakni : directive (E.G Williamson), nondirective (Carl Rogers), psychoanalysis, dan behaviorism. Tahun 1950, banyak pendekatan-pendekatan baru diciptakan. Dengan adanya teori-teori tersebut, lebih memberikan kepercayaan terhadap konseling dan membuatnya lebih dapat diterima oleh masyarakat umum.

Sejarah profesi konseling
Era Tahun 1900-1909
Terdapat tiga orang yang terkenal sebagai pionir periode ini yaitu Frank Parson, Jesse B. Davis, dan Clifford Beers. Davis adalah orang pertama yang memperkenalkan program bimbingan sekolah. Tahun 1907 ia menyarankan agar guru memberikan bimbingan di kelas seminggu sekali. Sementara itu di Boston, Frank Parson mendirikan Boston’s Vocational Bureau pada tahun 1908 yang membantu pemuda dalam memilih karir. Ia menerbitkan buku yang berjudul “Choosing A Vocation” pada tahun 1909.
Tokoh ketiga adalah Clifford Beers. Ia seorang  mahasiswa Yale yang pernah dirawat dirumah sakit jiwa. Berdasarkan pengalamannya ia menulis buku “A Mind That Found Itself”  pada tahun 1908. Dalam bukunya ia mengemukakan pendapatnya bahwa dalam proses peningkatan kesehatan mental perlu ditingkatkan fasilitas dan mereformasi treatment            yang ada.
Bimbingan dan konseling pada masa ini berfokus pada layanan bimbingan pendidikan dan pekerjaan, yaitu memfasilitasi individu untuk memahami dan mengambil keputusan pendidikan dan pekerjaan yang cocok dengan dirinya.

Era Tahun 1910-an
                Pada dekade ini terdapat dua peristiwa penting yaitu : 1)terbentuknya National  Vocational Guidance Association (NVGA) dan kedua terjadinya perang Dunia (PD I), dimana dalam penjaringan perwira militer digunakan tes intelegensi. Pada masa ini profesi konseling belum dikenal secara  luas namun sudah mulai terdengar gaungnya.

Era Tahun 1920-an
Decade ini disebut juga masa konsolidasi karena dimulai pendidikan bagi konselor di Universitas Harvard pada tahun 1911. Pengaruh dominan pada masa ini adalah berkembangnya teori-teori pendidikan, dan pemerintah mulai menggunakan layanan bimbingan terhadap veteran perang. Peristiwa ppenting lainnya yaitu dikembangkan standar untuk persiapan dan evaluasi materi-materi okupsional.
Era Tahun 1930-an
Pada masa ini dikembangkan teori pertama konseling yang diformulasikan oleh E.G. Williamson dan koleganya di Universitas Minnesota dengan mengambil teori Frank Parson tentang  trait factor  dan mengembangkan suatu model konseling karir untuk membantu  siswa dan penganggur. Model ini berdasar pada model medis dan bersifat sangat direktif. Pada decade ini juga terjadi peningkata keterlibatan pemerintah dengan mendirikan  USEmployment Service yang kemudian menerbitkan  Dictionary of Occupational Tittles (DOT) pada tahun 1939.
Layanan  bimbingan konseling mulai memperhatiakn perbedaan individu (individual differences)  seiring munculnya gerakan psikometri yang dikembangkan Alfred Binet di Prancis dengan dikebangkannya pengukuran intelegensi. Dasar keilmuan tenaga konselor makin bervariasi dan makin mendalam. Layanan bimbingan konseling menjadi lebih akurat dalam proes diagnostic dengan menggunakan berbagai instrument tes.
Era Tahun 1940-an
Tiga peristiwa utama pada dekade ini yaitu : 1) dikenalkannya teori  humanistik oleh Carl Rogers; 2) terjadinya Perang Dunia II; dan 3) keterlibatan pemerintah dalam konseling.
Pada tahun 1942, Rogers mempublikasikan buku “Counseling and Psychotherapy” yang menentang teori counselor centered approach yang dikembangkan Williamson. Rogers mengembangkan model konseling nondirective sebagai alternatif terapi, yang kemudian disebut konseling terpusat pada klien (‘client-centered’). Selain itu karena adanya PD II, pemerintah mulai melibatkan konselor dan psikolog lebih jauh dalam proses seleksi dan training
militer.
Era Tahun 1950
Pada dekade ini, Rogers menerbitkan Client Centered Theraphy. Para konselor sekolah juga mulai menerapkan model non-direktif rogers dan mulai menekankan kegiatan konseling. Didirikan American Personnel and Guidance Association (APGA) sebagai cikal bakal American Counseling Association (ACA), divisi 17 (Counseling Psychology) pada American Psychologist Association (APA), National Defense Act (NDEA), dan mulai berkembangnya teori-teori bimbingan konseling. Divisi 17 (counseling psychologist) didirikan pada tahun 1952 yang pada
awalnya karena ada ketertarikan para psikolog untuk bekerja pada populasi yang normal dari yang biasa ditangani oleh psikolog klinis. Psikolog konseling dipengaruhi olehkonseling vokasional dan terapi humanistik. Pada dekade ini juga dipublikasikan teori behavioral (desensitisasi sistematis), rational emotive theraphy dan career development. ACES dan ASCA (dua divisi dalam APGA) mengembangkan standar pelatihan bagi konselor sekolah yang menekankan teori konseilng dan pengalaman praktikum.
Pada tahun 1952 diadakan konvensi nasional bersama di Los Angeles California antara National Vocational Guidance Association (NVGA), National Association of Guidance and Counselor Trainers (NAGCT), Student Personnel Association for Teacher Education (SPATE), dan American College Personnel Association, dengan harapan memberikan suara profesi yang lebih besar.

Era Tahun 1960-an
Pada dekade ini, terjadi eksplosi profesi konseling sekolah, semakin meningkatnya penelitian yang terfokus pada konseling dan ditingkatkannya standar untuk sertifikasi dan kinerja konselor sekolah. ASCA juga mengembangkan Pernyataan Kebijakan untuk Konselor Sekolah Menengah yang mengkhususkan peran dan fungsi konselor sekolah. Pada masa ini, konselor sekolah bekerja terutama dalam peran remedialaktif; peranannya tidak terlihat sebagai bagian pokok dalam pendidikan. Ini menguatkan praktek konselor sekolah yang terpusat pada tuga-stugas administratif-klerikal karena tugas-tugas ini dapat dipertahankan sebagai suatu layanan kepada seseorang.
Pada masa ini juga, banyak muncul teori-teori humanistik yang baru yaitu yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, Dugald Arbuckle, dan Sidney Jourad. Terjadi pula : 1) pergeseran paradigma dari konseling individual (face to face) menjadi konseling kelompok; 2) didirikannya Community Mental Health Centers Act (CMHCA); dan 3) dipublikasikannya kode etik konselor untuk pertama kali.

Era Tahun 1970-an
Pada dekade ini CMHCA memperluas layanan anak dan remaja dengan penyakit mental. Dibentuk American Mental Health Counseling Association (AMHCA), dibentuk pula badan lisensi konselor yang pertama di Virginia.
Terdapat diversifikasi setting dalam layanan konseling, mulai dari sekolah hingga pusat-pusat kesehatan mental dan di agen-agen masyarakat sehingga dikenal istilah baru yaitu community counselor. Adanya perkembangan helping skill program yang dikemukakan oleh Truax dan Carkhuff pada tahun 1967 dan Ivey pada tahun 1971.
Pada masa ini dibentuk komite untuk menilai dan memberikan ijin praktek bagi konselor yang dikelola oleh APA dan APGA. Pada tahun 1973 Association of Counselor Educators and Supervisors (ACES) mulai menetapkan rambu-rambu bagi standardisasi program master dan doktoral dalam bidang konseling.

Era Tahun 1980-an
Pada masa ini mulai diterapkan dan ditingkatkan standardissi pelatihan konselor dan sertifikasi. Tahun 1981 Council of Accreditation of Counselling and Related Educational Programs (CACREP) dibentuk untuk menstandarkan pelatihan bagi konselor dalam semua kekhususannya. CACREP ini merupakan organisasi afiliasi APGA dan anggota Counseling on Post Secondary Accreditation (COPA), selanjutnya CACREP membuat standardisasi program master dan doktoral. Sebagai pelengkap CACREP, National Board for Certified Counselors (NBCC) yang dibentuk pada tahun 1983 mulai memberikan sertifikasi bagi konselor. Pada masa ini mulai banyak diterbitkan jurnal-jurnal ilmiah di bidang konseling dan dikemukakannya dimensi cross cultural dalam layanan konseling yang berimplikasi pada timbulnya multicultural counseling. Pada tahun 1983, APGA berganti nama menjadi American Association of Counseling and Development (AACD).

Era Tahun 1990-an

Pada tanggal 1 Juli 1992 AACD berganti nama menjadi American Counseling Association (ACA) untuk merefleksikan hubungan antara anggota asosiasi dan menguatkan kesatuan dan persatuan. Pada masa ini pula pedoman etik ACA dan standar CACREP direvisi. Pada masa ini terjadi gerakan perubahan dari istilah bimbingan dan perkembangan ke arah program konseling sekolah yang komprehensif, juga terjadi pertumbuhan yang berlanjut dalam permasalahan keragaman dan multikultural dalam konseling, serta terdapat penekanan terhadap model spiritual / kebaikan / holistik. Pada tahun 1991, Sears & Coy menekankan kebutuhan konselor sekolah untuk mencapai semua siswa melalui suatu model proaktif alih-alih model remedial. Pada tahun 1997, ASCA mengusulkan standar nasional untuk program konseling sekolah. Masih pada tahun 1997, DeWitt-Wallace-Reader’s Digest Fund mendirikan Transforming School Counseling Initiative (TSCI).

Era Tahun 2000-2003

Pada masa ini konseling sudah merupakan profesi yang dikenal secara luas. Pengembangan teori-teori konseling mulai merambah dan berkolaborasi dengan teori-teori lain, seperti dikemukakannya dance theraphy,musical theraphy, art theraphy, traumatic counseling, dan sebagainya. Selain itu paradigm konseling bergeser dari yang layanannya bersifat kuratif ke arah developmental dengan diterbitkannya buku “Collaborative, Competency-Based Counseling” pada tahun 2002, dan “Developmental Counseling”. Pasca 9/11/2001, ekonomi AS mengalami resesi, kemajuan yang terjadi dalam tahun 1990-an belum solid. Pada masa ini program bimbingan dan konseling komprehensif secara cepat menggantikan orientasi tradisional yang berorientasi pada layanan posisi. Selain itu, program bimbingan dan konseling komnprehensif menjadi cara utama untuk menata dan mengelola bimbingan dan konseling sekolah  di seluruh AS.

Pada bulan Juni 2002, model ASCA yang baru diumumkan sebagai cermin dari perubahan tadi. Tahun 2003, ASCA menerbitkan model nasional untuk program konseling sekolah (Model for School Counseling Programs). Pada musim panas 2003, TSCI mengadakan pertemuan di Las Vegas, membicarakan masalah penelitian konseling sekolah.

 “Iowa Comprehensive Counseling and Guidance Program Development Guide”
By Darlene Von Weihe
Boston : Grimes State Office Building Tahun 2001





BAB I.
PENDAHULUAN

Identitas buku dalam laporan buku ini adalah :
1.        Judul Buku         : “Iowa Comprehensive Counseling and Guidance   Program Development Guide”
2.        Penulis                :  Darlene Von Weihe
3.        Penerbit             :  Grimes States Office Building
4.        Tahun                 :  2001
5.        Edisi                   :  Pertama
6.        Tebal Halaman  :  261
Secara umum buku ini memberikan gambaran dan panduan untuk memberikan pemahaman kepada konselor sekolah, pengurus komunitas sekolah serta perguruan tinggi dengan sumber daya praktis untuk merancang bahkan meningkatkan layanan program bimbingan konseling komprehensif.
masyarakat menjadi khawatir tentang keselamatan anak-anak mereka saat  menghabiskan waktu di sekolah dan perguruan tinggi. Hal ini telah mendorong para pembuat kebijakan dan praktisi untuk bekerja sama menempatkan penekanan lebih besar pada lingkungan belajar atau iklim dalam K-12 dan sistem masyarakat perguruan tinggi. Program Bimbingan Konseling komprehensif memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif  yang tepat bagi siswa, dan masyarakat. Hal ini adalah maksud dari pengembang panduan ini untuk memberikan pendidik  gambaran komponen dari program bimbingan konseling yang komprehensif. Selain itu, dalam buku ini tersedia berbagai bahasan yang mencakup alat dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan program, pelaksanaan, dan evaluasi. Panduan Iowa didasarkan pada standar nasional untuk program bimbingan konseling untuk konselor sekolah  di Amerika (ASCA).

Buku ini terdiri dari 8 bab, setiap babnya meliputi:
1.    Tinjauan tentang Program Bimbingan.
2.    Menghubungkan inisiatif IOWA
3.    Proses Perubahan
4.    Kriteria dan Standar
5.    Peran Konselor
6.    Implementasi Program
7.    Evaluasi dan Pengukuran
8.    Contoh Format Desain Pembelajaran

Buku ini dimaksudkan untuk membantu siapa saja yang berhubungan, atau yang akan berhubungan, dalam memfasilitasi program bimbingan dan konseling komprehensif. Maksud dari buku panduan program bimbingan dan konseling komprehensif ini adalah untuk menyediakan gambaran pada konselor dan administrator daerah untuk mulai mendesain program bimbingan konseling koprehensif di tiap daerah, dengan sumber daya yang ada. Panduan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan definisi, deskripsi proses untuk mengembangkan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling komprehensif, didalmnya juga terdapat panduan  lembar kerja dan sumber daya yang dapat digunakan setiap hari oleh konselor. Dengan “peralatan” tersebut, sekolah dari tingkat kabupaten baik dari TK hingga perguruan tinggi dapat mengembangkan, menerapkan, dan mengevaluasi program yang yang berurutan, komprehensif, dan sesuai dengan tahapan perkembangan siswa.




BAB II.
ISI BUKU

A.   BAB  I. Tinjauan tentang program bimbingan.
Representasi grafis yang terintegrasi pendekatan pembangunan yang dicakup oleh Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif ada empat komponen. Keempat dasar komponen  tersebut adalah Kurikulum Bimbingan, Perencanaan Individu, Layanan Responsif, dan Dukungan Sistem.  Didalam program BK komprehensif memfokuskan  dan tiga domain kunci  yakni Pribadi /Pengembangan Keterampilan Sosial, Perencanaan Karir, dan Perencanaan Akademik yang terus terhubung  terhubung dan berinteraksi.

Dalam program BK yang komprehensif, aktivitas, kegiatan, atau inisiatif akan mencakup beberapa unsur dan wilayah. Misalnya kurikulum, bimbingan akan mencakup mengajar sesuai dengan tahapan perkembangan keterampilan dalam bidang Personal / Sosial, Eksplorasi Karir , dan Perencanaan Akademik siswa.

Setiap komponen saling terjalin secara dinamis dalam program yang komprehensif,  dan mustahil untuk memisahkan komponen dan wilayah yang satu dengan yang lainnnya.  Keterikatan antar komponen dan wilayah dalam sistem jelas pada orang, tempat, kebijakan, program, dan budaya seluruh lembaga pendidikan. Dalam program yang komprehensif, pengalaman yang disediakan untuk siswa dengan konselor, administrator, semua staf, dan masyarakat  bersifat saling mendukung untuk perkembangan siswa yang optimal. Hal itu merupakan hasil dari pendekatan sistemik yang dinamis akan kesuksesan prestasi siswa yang optimal, lulusan yang siap untuk hidup, belajar, dan bekerja sama dengan sukses di dunia.


Berbagai penelitian tentang BK komprehensif ini ditinjau, meskipun tidak lengkap, jelas memberikan landasan empiris membenarkan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan Konseling Komprehensif Iowa dan Pedoman Inisiatif program seluruh negara bagian. Program organisasi struktur tidak hanya menyediakan sarana dan bahasa umum untuk memastikan pedoman bagi semua siswa, dan konseling bagi siswa yang membutuhkan, itu juga menyediakan landasan untuk penggunaan akuntabel untuk memperluas jangkauan sumber daya.

Selanjutnya, seperti sebuah struktur yang komprehensif tidak membatasi otonomi kabupaten daerah dalam perencanaan dan perancangan program konseling. Bahkan, program bimbingan konseling komprehensif dan kerangka kerja adalah berarti untuk pencocokan bakat konselor dengan kebutuhan semua siswa untuk membantu mereka mencapai hasil yang diinginkan oleh kemitraan sekolah-masyarakat lokal. Dan terakhir, program ini mendukung akuntabilitas melalui evaluasi hasil siswa; untuk pengiriman program, melalui evaluasi dalam tingkat lokal, negara bagian dan nasional yang didirikan standar program dan untuk kinerja konselor ' melalui penilaian terhadap penggunaan waktu dan evaluasi berdasarkan standar kompetensi profesional konseling sekolah.


EMPAT KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

Kurikulum Bimbingan
Perencanaan Individu
Layanan Responsif
Dukungan Sistem
Menyediakan bimbingan panduan konten secara sistematis untuk tujuan keterampilan pengembangan dan penerapan kemampuan belajar.
Membantu siswa dalam perencanaan, pemantauan,
dan mengelola pendidikan mereka,
pribadi / sosial, dan tujuan perkembangan karir.

Ditujukan untuk masalah  yang dialami langsung oleh
pelajar. Tujuannya adalah pencegahan,
intervensi, dan referal kasus jika dibutuhkan.


Termasuk dukungan dari civitas sekolah, bertujuan untuk menyediakan dukungan dan kepemimpinan dalam layanan program BK.
Tujuan Aktivitas Wilayah Kegiatan 
• Academic Development
_ Skill development
_ Planning course of study
_ Employment skill development
_ Workforce Preparation
_ Transitioning
• Personal/Social Development
_ Conflict resolution
_ Character education
_ Violence prevention
_ Goal Setting
_ Substance abuse prevention
_ Cultural understanding
• Career Planning
_ Career awareness
_ Career exploration
_ Career decision-making
_ Career transitions

Fokus Topik :
• Educational Development
_ Setting educational goals and
assessing
_ Transitioning needs
_ 4-Year and 2-Year course plans
_ Financial needs and resources
_ Education options
• Personal/Social Development
_ Setting personal goals
_ Improvement planning
• Career Planning
_ Career assessments
_ Job shadowing, mentors,
internships, apprenticeships

Fokus Topik:
• Academic Development
School-related concerns:
_ Academics
_ Attendance
_ Behavior
_ Drop-out prevention
_ Special needs
_ Accommodations
• Personal/Social Development
_ Peer conflicts
_ Coping with stress
_ Crisis management
_ Grief/loss/death
_ Relationship concerns
_ Abuse
_ Substance Abuse
• Career Planning
_ Job placement
_ Assist in identification of
support systems
_ Addressing special needs

Fokus Topik:
• Guidance program development,
implementation, and assessment
• Parent education
• Faculty/administrator consultation
• Staff development for educators
• Counselor professional development
• Incorporation of educational
initiatives into one of the four
guidance components
• Research and publishing
• Community outreach
• Public relations
• Building Assistance Teams
• Crisis Management Plan
• Comprehensive Study Skills
Program
• School Improvement initiatives
• Special initiatives to address
behavior and learning

Peran Konselor
Penata atau penyusun kelompok
Instruktur di kelas
Pemimpin dan konsultan

Peran Konselor
Mendeskripsikan kebutuhan
Merencanakan dan penempatan individu sesuai kebutuhannya masing-masing.
Peran Konselor
Konseling individu dan konseling kelompok perkembangan, referal kasus.
Peran Konselor
Pemimpin, fasilitator, organisator, mempunyai kemampuan dalam memanajemen program, dan konsultan program.



BAB. II INISIATIF IOWA
Karakteristik dari pengembangan program sekolah komprehensif Model seperti yang dijelaskan oleh Bryan Hassel, Ph.D. Di North Central Regional Educational Laboratory (NCREL) adalah:

1.    Desain komprehensif dengan komponen selaras: Hasil dari desain ini adalah untuk memungkinkan semua siswa untuk berhasil menangani potensi masalah yang terjadi. Dalam rangka untuk menyelaraskan semua komponen, seluruh sistem dari kurikulum, instruksi, penilaian tata kelola dan manajemen masalah keterlibatan orang tua dan masyarakat harus ditujukan untuk mencapai tujuan ini.
2.    Dukungan dalam sekolah: Semua pemangku kepentingan dalam sistem sekolah harus mendukung sekolah usaha perbaikan dan berkomitmen untuk implementasi program.
3.    Tujuan yang terukur dan mempunyai tolok ukur: Tujuan yang terukur berguna untuk mengetahui sejauhmana kinerja siswa dan tolok ukur untuk memenuhi tujuan tersebut.
4.         Keefektifan metode dan strategi yang berbasis penelitian: Strategi dan metode yang digunakan untuk belajar siswa, pengajaran, dan manajemen sekolah berdasarkan praktek yang efektif dan berdasar pada penelitian yang  dapat diandalkan yang digunakan selama sistem.
5.         Pengembangan Profesional: peningkatan kualitas guru dan staff sekolah harus selalu dijadwalkan, agar perubahan sistematis dapat terjadi.
6.         Adanya dukungan teknis dan bantuan pihak eksternal: Sistem ini menggunakan dukungan eksternal dan bantuan dari sebuah organisasi di luar dirinya dengan pengalaman dan keahlian dalam perbaikan keseluruhan sistem praktek.
7.    Keterlibatan orang tua dan masyarakat: Yang berarti orang tua dan keterlibatan masyarakat diperlukan untuk perubahan fundamental yang terjadi di sekolah.
8.    Koordinasi sumber daya: Semua sumber daya selaras dan digunakan untuk mendukung perbaikan sekolah usaha.
9.    Evaluasi strategi: Sebuah komponen yang tidak terpisahkan adalah rencana program untuk mengevaluasi dampak dari usaha perbaikan sekolah pada sistem pengajaran pada siswa.





















BAB III. PERUBAHAN MANAJEMEN
PROSES MANAJEMEN PERUBAHAN
VISI
SUMBER DAYA
CHANGE
KETERAMPILAN
INSENTIF
RENCANA TINDAKAN
 


                                                                                             


VISI
SUMBER DAYA
VISI
SUMBER DAYA
VISI

VISI

SUMBER DAYA
CONFIRM
ANXIETY
FRUSTASI
KETERAMPILAN
SUMBER DAYA
RENCANA TINDAKAN
INSENTIF

FALSE
GRADUAL CHANGE
KETERAMPILAN
INSENTIF               

KETERAMPILAN
INSENTIF               
RENCANA TINDAKAN
KETERAMPILAN
               
RENCANA TINDAKAN

INSENTIF               
RENCANA TINDAKAN
 




















EES an




EES and Partners; FRAMEWORKS Phase II Mathematics; Version 1.0; Activity Guide C-3: Complex Change


Perkembangan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Pusat Penelitian dan Pengembangan Guru Pendidikan University of Texas di Austin yang telah meneliti proses perubahan selama lebih dari satu dekade. Dari penelitian ini datang sejumlah asumsi tentang perubahan.
1.      Perubahan adalah proses, bukan peristiwa.
2.      Perubahan ini pertama dilakukan oleh individu, kemudian lembaga.
3.      Perubahan adalah suatu pengalaman yang sangat pribadi.
4.      Perubahan melibatkan pertumbuhan perkembangan pada perasaan dan keterampilan.
5.      Perubahan paling baik dipahami dalam hal operasional.
6.      Fokus memfasilitasi perubahan harus dimulai dari individu,  inovasi dalam perubahan, dan isi perubahan.
Perubahan adalah proses yang panjang, membutuhkan pengalaman dan penelitian untuk menunjukkan perubahan tersebut. Inovasi dalam perubahan dapat diimplementasikan dalam dua tahun. Luasnya sistem dan susunan tingkat perubahan dapat diterapkan dalam tiga tahun hingga empat tahun atau bahkan lebih  tergantung dari kompleksitas perubahan. Sehingga dibutuhkan kepekaan untuk membuat batas waktu perubahan secara realistik  

Tahapan dalam perubahan yakni :
TAHAP 1 : Meletakan dasar perubahan
TAHAP 2 : Bergerak Menuju Program BK komprehensif
TAHAP 3 : Mengembangkan komponen Program
TAHAP 4 : Mengimplementasikan dan mengevaluasi program



BAB IV. STANDARDS AND BENCHMARKS
PROSES PENINGKATAN UNTUK SEKOLAH DI IOWA
PROGRAM PERKEMBANGAN
Tujuan Belajar Siswa
(Seperti yang telah diidentifikasi di rencana program peningkatan komprehensif di masing-masing wilayah).
 



Standards
 



Benchmarks

 



Indicators, Objectives, Skills, Competencies

Ruang Lingkup Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah menurut ASCA Internasional Model :
Terdapat Sembilan area perkembangan siswa menurut Asosiasi Konselor Sekolah Amerika yang dijadikan basis pengembangan seluruh tujuan program bimbingan dan konseling komprehensif di Iowa.
1.      Perkembangan  Akademik
Standar A : Para siswa dapat memperoleh sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memberikan sumbangan bagi efektifitas belajar di sekolah hingga melintasi sepanjang rentang kehidupannya.
Standar B : Para siswa dapat merampungkan jenjang sekolah dengan persiapan akademik yang esensial dalam penentuan pilihan diantara pilihan-pilihan penting pasca sekolah lanjutan termasuk kuliah.
Standar C :    Para siswa dapat memahami hubungan antara bidang akademik dengan dunia kerja dan antara kehidupan dalam rumah dengan tengah masyarakat.

2.      Perkembangan Karir
Standar A   : Para siswa dapat memperoleh keterampilan melakukan investigasi terhadap dunia kerja berkaitan dengan pengetahuan diri dan pembuatan keputusan tentang bidang karir yang diketahui.
Standar B   : Para siswa dapat memanfaatkan berbagai strategi untuk meraih kesuksesan dan kepuasan karir di masa depan.
Standar C   : Para siswa dapat memahami relasi antara berbagai kualitas kepribadian di samping pendidikan dan latihan dengan dunia kerja.
3.      Perkembangan Pribadi sosial
Standar A : Para siswa dapat memperoleh sikap, pengetahuan dan keterampilan interpersonal yang dapat membantu mereka memahami dan menghargai diri sendiri dan orang lain.
Standar B : Para siswa dapat membuat keputusan, merancang tujuan, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meraih tujuan.
Standar C : Para siswa dapat memperoleh pemahaman tentang keterampilan menyelamatkan dan melangsungkan hidup.

BAB V. PERAN KONSELOR   
Beberapa penyataan ASCA tentang peran konselor ada empat yang terpenting tentang intervensi konselor sekolah yang dapat digunakan, dan didalamnya terdapat peran spesifik membutuhkan pelatihan yakni:

1.         Konseling. Ini dicapai secara individual dan dalam kelompok kecil dan diperlukan untuk membantu siswa belajar untuk lebih memecahkan masalah mereka.
2.         Bimbingan Kelompok Besar. Ini adalah kurikulum direncanakan yang membantu perkembangan akademik, karier, dan pribadi / sosial untuk semua siswa, dan dilakukan bekerjasama dengan guru dan sekolah lainnya atau relawan personil.
3.         Konsultasi. Konselor sekolah bekerja dengan administrator, guru, dan orang tua, spesialis kesehatan mental, dan jasa personel  lainnya untuk membantu siswa lebih berhasil dalam pendidikan.
4.         Koordinasi. Konselor Sekolah mengatur, memimpin, mengelola, dan mengevaluasi program konseling sekolah, berfungsi sebagai penghubung antara sekolah dan besar lainnya sistem (rumah, masyarakat) untuk membantu siswa mencapai tujuan mereka, dalam konser dengan misi akademik lokal mereka sekolah.

The Employability Standards and Benchmarks
STANDAR 1: Menggunakan teknologi dan alat-alat lainnya untuk pemrosesan informasi dan untuk produktivitas layanan.
STANDAR 2: Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya
STANDAR 3: Memahami bagaimana organisasi dan sistem fungsi
STANDAR 4: Menggunakan manajemen diri, kepemimpinan, dan keterampilan kewirausahaan
STANDAR 5: Menggunakan keterampilan karir kerja baik dari kesiapan dan perencanaan
STANDAR 6: Menggunakan komunikasi dan keterampilan matematika dalam aplikasi yang berhubungan dengan karier
STANDAR 7: Menggunakan keterampilan berpikir kompleks untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah

BAB VI. IMPLEMENTASI PROGRAM
            Semua aspek dalam program pengembangan program bimbingan dan konseling komprehensif sangat penting, mungkin yang paling bagian penting adalah implementasi aktual: bagaimana menempatkan program? Konselor mengasumsikan empat kunci dalam pelaksanaan program:
1.      Pemimpin: Konselor berfungsi sebagai pemimpin dalam mempromosikan konsep bimbingan dan konseling yang komprehensif, berbagi informasi dan keterampilan yang berkontribusi ke lingkungan sekolah yang positif bagi semua siswa.
2.      Penasihat: konselor memberikan pelayanan langsung untuk siswa melalui kelompok individu dan konseling kecil, intervensi krisis, dan kelas bimbingan (dalam hubungannya dengan guru).
3.      Konsultan: Konselor tidak langsung memastikan bahwa siswa mengalami perkembangan yang sehat tetapi dengan berkolaborasi dengan guru, orang tua, administrator, asosiasi guru, perawat sekolah, personil lembaga luar, dan staf pendukung lain tentang cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan siswa.
4.      Koordinator: Konselor berkoordinator untuk memberi rujukan kepada instansi luar, berhubungan dengan seluruh komunitas sekolah dan membantu mengkoordinasikan konseling yang berhubungan dengan program-program di sekolah seperti bimbingan, bantuan mahasiswa, dan konseling teman sebaya.

Fasilitas Fisik Untuk Implementasi Program
Bagian ini berisi saran-saran praktis tentang bagaimana untuk melaksanakan program, bersama dengan sampel beberapa kerangka waktu dan rencana aksi untuk perubahan. Layanan Konseling harus siap diakses dan dapat dilihat oleh semua siswa, termasuk mereka yang penyandang cacat. Dimanapun layanan konseling yang ditawarkan:
1.     Setiap konselor harus diberikan dengan kedap suara kantor, untuk menjamin kerahasiaan siswa. Setiap kantor harus memiliki telepon dengan pesan kemampuan, sebuah komputer dengan akses ke siswa catatan dan informasi terkait lainnya, dan penyimpanan file aman.
2.    Kantor harus menciptakan lingkungan yang mengundang untuk siswa dan situs kerja yang aman dan fungsional untuk konselor.
3.    Layanan Konseling harus memiliki up-to-date komputer, mesin fotokopi, dan peralatan lain untuk mendukung pencatatan, penelitian, dan publikasi kegiatan. Sumber daya teknis untuk media presentasi harus juga tersedia.
4.    Catatan siswa harus dipelihara dalam tempat yang aman, lingkungan untuk menjamin kerahasiaan.
5.    Sebuah perpustakaan sumber  karir, akademik, dan pribadi / sosial untuk siswa.
6.    Konselor harus memiliki akses ke ruang yang cocok untuk sesi konseling kelompok dan rapat staf.
7.    Sebuah rencana bencana tertulis harus ditampilkan, menguraikan prosedur untuk evakuasi darurat untuk baik kejahatan dan bencana alam.
8.    Sebuah keamanan pribadi sistem harus di tempat di mana polisi dapat diberitahukan segera dalam keadaan darurat.

BAB VII. DESKRIPSI KEBUTUHAN DAN EVALUASI
Tujuan evaluasi setidaknya dua: menyediakan data untuk memandu keputusan tentang program dan personil, dan menyampaikan hasil-hasil untuk penerima manfaat dari konseling siswa. Seperti tujuan yang dicapai secara individual dan kabupaten-lebar menyoroti dan mencapai standar dan kompetensi. Karena itu, perlu bahwa evaluasi akan berlangsung, memberikan umpan balik terus menerus selama semua langkah proses.
Dengan cara ini, program-program sekolah menjadi dinamis kekuatan untuk membentuk dan mengubah budaya sekolah. Hasil evaluasi menunjukkan program efektivitas, dan memenuhi permintaan untuk akuntabilitas dan untuk merespon perubahan kebutuhan mahasiswa dan masyarakat. Ini adalah alasan Program harus diintegrasikan ke dalam budaya sehari-hari sekolah.

Mengevaluasi Empat Elemen
Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Iowa
Panduan Pengembangan terdiri dari empat program utama elemen: Kerangka (yang mencakup dua komponen: konseptual dan struktural); Program Pengiriman (yang meliputi empat komponen: bimbingan kurikulum, perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem); Konten (yang termasuk tiga komponen: akademik, karir, dan pribadi / sosial), dan, Sumber Daya (yang termasuk empat komponen: manusia, politik, keuangan, dan teknologi). Masing-masing elemen program akan sekarang akan dibahas, dengan tujuan untuk menyoroti kebutuhan untuk evaluasi setiap elemen, dan masing-masing komponen dari konseling yang komprehensif dan
            Program bimbingan, atau dalam rangka untuk memenuhi akuntabilitas pertimbangan, dan untuk memberikan mekanisme untuk konselor sekolah untuk referensi sehingga bahwa mereka dapat lebih baik mempublikasikan pekerjaan mereka, hasil mereka, dan kebutuhan mereka akan sumber daya tambahan atau staf.

Elemen 1: KERANGKA.
Kerangka terdiri dari dua komponen yang harus dievaluasi setiap tahun: konseptual dan struktural. Kerangka konseptual mencakup misi pernyataan, pemikiran, manfaat, dan asumsi. Kerangka struktural mencakup sedikitnya enam komponen dari contoh konseling yang komprehensif dan pedoman program: komite pengarah, penasehat komite, staf pola, anggaran, bimbingan sumber daya, dan fasilitas. Mengingat unsur-unsur dan komponen, kita sekarang dapat melihat untuk melihat sejauh yang, dan kualitas dari, konseling sekolah tertentu
Program di Iowa. Setiap komponen dan elemen memiliki petugas evaluasi. Misalnya, apakah program anda memiliki pernyataan misi? Sebuah alasan? Manfaat? Asumsi? Selain itu, program konseling sekolah Anda memiliki sebuah  komite? Sebuah komite penasihat? Susunan staff? Anggaran? Bimbingan Sumber Daya? Fasilitas memadai?

Elemen 2: PERSALINAN PROGRAM.
Pengiriman Program ini terdiri dari empat komponen dan total 14 elemen Program Delivery. Yang pertama komponen, kurikulum bimbingan, ditujukan pada tiga bidang perkembangan siswa (akademis, karir dan pribadi / sosial) dan telah bersarang di dalamnya tiga unsur Evaluasi membutuhkan: Apakah ruang kelas yang memadai? Apakah konselor sekolah menyajikan pelajaran bimbingan? Apakah konselor sekolah memanfaatkan kelompok terstruktur? The Komponen kedua, perencanaan individual, berisi tiga elemen: Apakah konselor sekolah secara memadai mengelola Siswa Pendidikan Rencana? Apakah mereka menyediakan efektif menasihati? Apakah mereka menggunakan penilaian instrumen dan proses secara sah dan tepat?
Komponen ketiga, pelayanan responsif, harus dievaluasi oleh pertanyaan menangani seperti: Apakah sekolah konselor efektif dengan menggunakan konseling individu? Apakah konselor sekolah menggunakan kelompok-kelompok kecil bila memungkinkan? Apakah konselor sekolah profesional mereka memenuhi tanggung jawab sebagai konsultan untuk guru, siswa, dan masyarakat? Dan, adalah konselor sekolah merujuk bila perlu, dan tidak mengurus untuk beroperasi di luar wilayah keahlian mereka? Yang keempat dan komponen akhir dari sistem Program Pengiriman dukungan.
Elemen 3: ISI.
Evaluasi pertanyaan yang harus diatasi untuk memenuhi satu ini elemen konten, kompetensi, tiga: Apakah siswa menjadi lebih self-berpengetahuan? Apakah siswa mencapai informasi pendidikan dan pekerjaan pada tingkat yang sesuai dan membantu mereka? Dan, terakhir, adalah mahasiswa aktif terlibat dalam perencanaan karir di kelas yang sesuai dan tahap pembangunan?
Elemen 4 : SUMBERDAYA.
Untuk mengevaluasi yang tersedia ke sekolah program konseling Resources, kita perlu melihat empat unsur terpisah: manusia, politik, keuangan, dan teknologi.
Pertama, mencari untuk unsur manusia, kita bertanya, Bagaimana sekolah konselor menciptakan manusiawi dan perkembangan yang sesuai iklim belajar di sekolah? Bagaimana konselor sekolah jaringan dengan masyarakat di Untuk memfasilitasi hasil pendidikan? Sejauh apa adalah konselor sekolah konsultasi dengan bisnis dan tenaga kerja dalam rangka membangun kemitraan dengan penting konsumen keberhasilan sekolah?
Kedua, melihat elemen politik, kita bisa bertanya, Apakah sekolah konselor memiliki hubungan kerja yang solid dengan Dewan Sekolah anggota? Apakah konselor sekolah advokat untuk undang-undang untuk kepentingan akademik mahasiswa, karir dan pribadi / masalah sosial? Apakah konselor sekolah membuat dan menetapkan kebijakan untuk memperbaiki menindas kondisi yang membatasi pertumbuhan dan potensi siswa?
Ketiga, melihat elemen keuangan, dua pertanyaan penting adalah, sejauh mana konselor sekolah sadar, dan aktif dalam, mengamankan pendanaan Negara untuk mempromosikan siswa kesejahteraan dan untuk memfasilitasi pendidikan misi sekolah? Juga, sampai sejauh mana adalah konselor sekolah menulis hibah untuk meningkatkan pengiriman konseling sekolah dan untuk meningkatkan dan mengelola budaya belajar di sekolah mereka?
Akhirnya, mencari elemen keempat, teknologi, kami dapat meminta dalam evaluasi program konseling sekolah, konselor sekolah tidak memiliki diperlukan, diperlukan, berguna, dan up-to-date peralatan untuk membantu siswa mencapai tujuan akademik mereka, karir, dan pribadi / sosial hasil belajar? Dapatkah konselor sekolah berhasil dan tepat master yang diinginkan manajemen sistem yang akan memungkinkan untuk tepat waktu, akurat, berguna, dan akses informasi yang aman dan arus?






BAB III
KOMENTAR DAN ANALISIS


Buku tentang pengembangan Program Bimbingan Konseling Komprehensif dari IOWA ini disusun oleh dedikasi yang tinggi sekelompok orang termasuk  didalamnya konselor sekolah, pendidik konselor, dan konsultan konseling yang merupakan mantan konselor sekolah. Semangat, perspektif atau sudut pandang dari bidang teoritis dan praktis, dan keahlian mereka telah menghasilkan buku yang akan memberikan arahan kepada konselor serta administrator dan Dinas Pendidikan setempat. Mereka sangat berkomitmen terhadap  masa depan siswa dan nasib pendidikan di IOWA yang ditunjukkan oleh banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan buku ini (hal ini tergambar dari ungkapan kepala Dewan Pendidikan pada awal buku tersebut).
 American School Counselor Association’s “National Standards for School Counseling Programs telah memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan buku ini. Oleh karena itu, standar nasional dari ASCA merupakan salah satu rujukan utama yang mewarnai bahasan dalam setiap babnya, disamping tentunya hasil dari need assessment pada setiap wilayah di IOWA sendiri. Buku ini merupakan sebuah usaha untuk membuat sebuah panduan yang komprehensif bagi konselor sekolah. Sebuah pencarian ekstensif tentang literatur dan kompilasi alat dan sumber-sumber dari praktisi konseling sekolah digabungkan ke dalam rancangan buku ini. Oleh karena itu, buku ini merupakan sebuah referensi dan “peralatan” yang lengkap bagi  konselor sekolah. Pada akhir buku ini di suguhkan sebuah sumber bibliografi lengkap  termasuk dalam Lampiran-lampiran yang sangat membantu konselor secara teknis dalam praktik di sekolah.
Di Amerika ketika setiap warga negara sadar akan pengaruh masyarakat global yang cepat berubah dan kekerasan meningkat pada semua tingkat budaya kita, kita sebagai pendidik merasa terpanggil untuk merespon keadaan tersebut termasuk di Iowa. Di Iowa, sekolah telah menjadi batu kunci dari masyarakat, karena mereka menganggap sekolah adalah tempat yang tepat bagi perkembangan anak selain dirumah. Oleh karena itu, wajar jika akhirnya warga berharap ke pendidik untuk memperoleh jawaban atas beberapa pertanyaan terdalam dan paling kompleks yang pernah dialami oleh berbagai masyarakat. Mereka ingin mengetahui antara lain tentang :
1.        Bagaimana kita mempersiapkan siswa kita untuk belajar, bekerja, dan hidup dengan satu sama lain dalam abad ke-21?
2.        Bagaimana kita menanamkan diri dan menghormati sesama manusia?
3.        Apakah keterampilan pribadi atau sosial yang dibutuhkan?
4.        Apa pemecahan masalah atas keterampilan yang harus mereka miliki?
5.        Bagaimana kita bisa memelihara potensi akademik penuh?
6.        Apakah program pengembangan karir bagi siswa harus disediakan?
7.        Bagaimana kita memastikan prinsip keadilan untuk semua hak siswa?
8.        Apa keterampilan khusus yang diperlukan oleh setiap pekerja?

Ada kebutuhan penting untuk merumuskan suatu program komprehensif yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang akan mengembangkan warga negara yang produktif di abad 21. Peningkatan Program Komprehensif Sekolah berinisiatif menyediakan proses bagi siswa, pendidik, dan anggota masyarakat bersama-sama untuk mengidentifikasi hal apakah yang diharapkan ingin diketahui dan bisa dilakukan oleh  lulusan sekolah, serta untuk menetapkan tujuan dalam pendidikan. Hal tersebut merupakan cara untuk  mengintegrasikan program yang mengakui dan memfasilitasi interaksi antara kebutuhan akademik dan afektif siswa.
Perkembangan program bimbingan dan konseling komprehensif yang memberikan pembelajaran kepada semua siswa, oleh semua anggota staf merupakan arah tujuan dalam buku ini. Dalam buku ini dibahas bahwa sudah saatnya untuk mengintegrasikan kurikulum akademis yang ketat dan iklim pro-sosial yang positif. Dan keunggulan dari buku ini adalah mampu menggabungkan kedua hal tersebut, dalam buku ini dibahas akan pengaturan bahwa pandangan individu sebagai mahluk pribadi dengan segala potensinya, dan menjadi anggota masyarakat yang produktif. Penelitian menunjukkan bahwa individu, hendaknya memiliki kesempatan untuk mengembangkan baik secara intelektual dan keterampilan pribadi sosial. Kita sekarang adanya kebutuhan kritis dan kesempatan untuk memberikan program-program yang mengatasi masalah tersebut.
Mengembangkan dan menerapkan program bimbingan dan konseling konseling komprehensif merupakan perubahan sistemik. Ini mencakup filsafat pendidikan (Purkey Radd 1991 dan 2000) yang menembus budaya dari pengaturan pendidikan keseluruhan. Ungkapan tersebut berusaha untuk menciptakan suasana di mana sumber daya diarahkan terhadap orang-orang, tempat, program, proses, dan kebijakan yang mengundang. Sebuah program bimbingan dan konseling komprehensif mengarah ke iklim yang positif dan lingkungan belajar yang kolaboratif dan sengaja dipelihara. Kehadirannya bisa dirasakan dalam setiap aspek dari lembaga pendidikan. Usaha tersebut sedang berlangsung dan tak terbatas waktunya, dengan perkiraan waktu komitmen lima tahun untuk tahap permulaan.
Untuk mencapai program komprehensif sekolah, kemitraan adalah hal diperlukan tidak hanya di kalangan pendidik sendiri, tetapi di antara para siswa, keluarga, bisnis, dan masyarakat pada umumnya. Hubungan kolaboratif antara konselor dan administrator adalah kunci. Melalui kemitraan, kita dapat membuat hubungan yang proaktif, preventif, program-program pembangunan yang akan menguntungkan semua siswa, dari TK hingga tingkat perguruan tinggi. Konselor bukanlah program, Namun konselor adalah  profesional yang terlatih memiliki kemampuan untuk memfasilitasi dan mengkoordinasikan kemitraan untuk kemajuan anak-anak, remaja, dan orang dewasa.
Selama tahun 1998 di Iowa sebuah inisiatif baru mulai muncul yakni Success4. Tujuannya adalah untuk membantu memobilisasi siswa, keluarga, pendidik, staf pendukung, dan masyarakat. Hasil dari upaya ini adalah untuk meningkatkan perkembangan intelektual sosial, emosional, perilaku, , anak, remaja, dan orang dewasa dalam multi-dimensi. Setiap daerah di Iowa berpartisipasi dan seluruh komunitas di seluruh negara bagian telah bekerja untuk menilai kebutuhan tiap-tiap daeran, menerapkan rencana, mengembangkan dalam praktek, dan terus mengevaluasi hasil. Proses ini merupakan bentuk dukungan terus menerus dan proses kerjasama untuk meningkatkan pendidikan seluruh siswa, dan inilah kelebihan program bimbingan konseling komprehensif di daerah Iowa.
Buku Program bimbingan konseling komprehensif ini adalah sebuah kerangka kerja untuk mengorganisasi, melaksanakan, dan akhirnya mengevaluasi program yang komprehensif. Buku ini adalah “peralatan” lengkap bagi para pendidik. Didalamnya menggabungkan penelitian dan praktik terbaik, termasuk asumsi dasar dan standar yang diakui untuk program. Buku ini merupakan modal dasar ataupun titik awal untuk proses jangka panjang. Banyak tambahan sumber informasi yang tersedia untuk meningkatkan perjalanan menuju Program bimbingan dan konseling komprehensif.  Penyusun berharap bahwa buku ini mampu di manfaatkan sebagai Panduan oleh pendidik terutama konselor sekolah dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan msyarakat yang unik.
Panduan program pengembangan Bimbingan Konseling didasarkan pada visi Sekolah:
1.      Sebuah Program bimbingan dan konseling komprehensif dicapai melalui kemitraan kolaboratif antara konselor, administrator, guru, psikolog sekolah dan pekerja sosial, siswa, keluarga, dan anggota masyarakat.
2.      Konselor adalah pendidik serta konselor profesional.
3.      Konseling didasarkan pada fondasi pendidikan atau penelitian perkembangan dan praktik terbaik.
4.      Program konseling yang bersifat efektif dan komprehensif.
5.      Konselor berkomitmen untuk peningkatan profesional berkelanjutan dan pembaruan.
6.      Sebuah Program bimbingan dan konseling komprehensif dievaluasi berdasarkan hasil siswa.
7.      Konselor berusaha untuk membantu semua siswa sukses dalam bidang pribadi sosial, akademik, dan karir.
8.      Konselor mempromosikan keberhasilan untuk semua siswa.
9.      Program konseling yang efektif terfokus pada pengembangan keterampilan yang mengarahkan siswa untuk membuat sehat pilihan gaya hidup.
10.  Program bimbingan dan konseling komprehensif merupakan bagian integral tujuan belajar siswa yang sedang dikembangkan.









BAB V
PENUTUP

1.    Buku ini sangat direkomendasikan untuk semua pihak yang beraktivitas dalam pendidikan khususnya konselor sekolah dari tingkat TK hingga Perguruan tinggi.
2.    Universitas pendidik konselor memiliki tanggung jawab profesional untuk Menggabungkan Program ASCA Model Nasional Konseling Sekolah ke dalam program pendidikan konselor sekolah di Indonesia, mengkomunikasikan dengan baik tentang perkembangan profesi konselor kepada pemegang kebijakan atau policy baik tingkat daerah maupun tingkat nasional untuk lebih memberikan eksistensi profesi konselor di Indonesia .
3.    Bagi konselor sekolah dapat membentuk atau memperkuat kemitraan dengan semua stakeholder dalam rangka untuk membangun hubungan yang otentik dan kolaboratif.
4.    Manajemen sekolah membantu memahami pentingnya mengintegrasikan teori dan praktek, sehingga sesuai antara apa yang diajarkan di program pascasarjana dengan dunia nyata profesional konselor sekolah.










DAFTAR PUSTAKA

ABKIN, 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Bandung : Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia

________(2002). Kebijakan Pengembangan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Periode 2001-2005. Jurnal Bimbingan dan Konseling.4 (7)72-79.

Gerald Corey, et al (1988). Issues and Ethics in the Helping Professions: The Counselor as a Person and as a Profesisonal. New Yowk:Brooks/cole Publishing Company.
Moree, Cheryl .(2004).Comprehensive Developmental School Counseling Program dalam Professional School Counseling : A Handbook of Theories, Program & Practices. Ed. Erford, Bradley T. Austin – Texas :  CAPS Press.

Schmitd, J John. (cetakan keempat, 2003). Counseling In Schools Essential Services and   Comprehensive Programs. Boston : Pearson Education. Inc


Surya, Mohamad. (2003). Peluang dan Tantangan Global Bagi Profesi Bimbingan dan Konseling : Implikasi Bagi Strategi Organisasi dan Standarisasi Bimbingan dan Konseling. Makalah pada Konvensi Nasional XIII Bimbingan dan Konseling, Bandung.


Yusuf, Syamsu, dan Nurihsan, Juntika.(Cetakan ketiga, 2008).  Landasan Bimbingan  dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

HISTORI KONSELING DI DUNIA

HISTORI KONSELING DUNIA PENDAHULUAN Konseling sebagai suatu aktifitas yang berbasis luas merupakan bagian dari eksistensi manusia...

Welcome to Geek Talk!

a stunning blogger template

A normal paragraph Ea eam labores imperdiet, apeirian democritum ei nam, doming neglegentur ad vis. Ne malorum ceteros feugait quomalorum ceteros feugait quo. A normal paragraph Ea eam labores.